LAPORAN KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI AVES


AVES

Aisahulinnuha
Tadris Biologi, FTIK, Institut Agama Islam Negeri Jember

ABSTRAK
Burung Pipit / Bondol peking atau pipit peking (Lonchura punctulata L.) adalah sejenis burung kecil pemakan padi dan biji-bijian. Nama punctulata berarti berbintik bintik, menunjuk kepada warna bulu-bulu di dadanya. Orang Jawa menyebutnya emprit peking, prit peking, orang Sunda menamainya pipit peking atau manuk peking, meniru bunyi suaranya. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui morfologi dan klasufikasi burung pipit. Pengamatan ini berlangsung selama dua jam tepatnya hari kamis, tgl 24 Mei 2018 pukul 13:00 sampai selesai. di Laboratorium Terpadu IAIN Jember. Pengamatan ini mengunakan metode eksperimen. Sedangkan untuk menjelaskan hasilnya dengan menggunakan metode Deskriptif, dimana setiap hasil pengamatan dijelaskan secara lengkap. Pengamatan ini menggunakan sampel  Burung Pipit (Lonchura punctulata L.) yang didapat dari penjual burung di area TK Abah (Mangli-Jember). Hasil pengamatan ini morfologinya dapat diketahui anatomi dan morfologinya yaitu kepala, paruh, sayap, ekor, kaki, perut, dada, dagu, mata, bulu.
                                                       
Kata Kunci: Aves/Burung pipit/Pipit peking.


 
  

PENDAHULUAN
Negara Indonesia memiliki keanekaragaman jenis burung yang tinggi. Jenis-jenis burung telah lama dikenal oleh masyarakat walaupun tidak semua jenis burung, akan tetapi kecintaan dan perhatihan masyarakat terhadap jenis burung liar yang sangat begitu kurang. Begitu juga peneliti-peneliti dan hobi mengamati burung di alam belum dilakukan di negara kita (Iskandar, 1989).
Indonesia merupakan negara keempat di dunia yang memiliki keanekaragaman jenis burung setelah Columba dan Peru. Menurut penelitian jenis-jenis burung di Indonesia ini sangat luar biasa, terdapat 1531 jenis burung, 381 jenis diantaranya adalah endemik. Sumatra merupakan salah satu pulau yang sangat kaya dengan jenis burung setelah Irian Jaya. Di Sumatra terdapat 464 jenis burung, 138 jenis diantaranya juga dijumpai di kawasan Sunda, 16 jenis burung hanya ditemui di Pulau Jawa dan Sumatra, dan 11 jenis di Kalimantan dan Sumatra. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa burung memiliki kekayaan jenis yang tinggi. Untuk itu penting bagi kita mempelajari cara mengamati dan mengidentifikasi burung (Iskandar, 1989).
Burung merupakan salah satu kelas hewan vertebrata yang memiliki bentuk tubuh yang khas sehingga dengan bentuk tubuh tersebut kelompok hewan ini terbukti sangat berhasil dalam penyebarannya memperbanyak habitat di permukaan bumi. Mengenai jumlah jenisnya di dunia, ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa ada 9000 jenis dan ada pula yang menyatakan sebanyak 8900 jenis, serta juga ada yang menyatakannya sebanyak 8805 jenis yang tersebar pada berbagai tipe habitat, mulai dari pinggir pantai hingga pegunungan. Bahkan beberapa jenis ada yang mampu berbiak pada ketinggian 6000 m dari permukaan laut. Kelas aves terbagi dalam dua subkelas yaitu Archeonithes dan Neornithes yang terdiri dari 32 ordo dan 174 famili. Di Indonesia telah dijumpai sebanyak 1539 jenis, 381 diantaranya merupakan endemik Indonesia. Sementara di sumatera telah tercatat sebanyak 600 jenis (Tim Taksonomi Hewan Vertebrata, 2009).
Kata Aves berasal dari kata Latin yang dipakai sebagai nama kelas, sedang Ornis dari bahasa Yunani, dipakai dalam “Ornithology” berarti ilmu yang mempelajari burung-burung. Aves adalah hewan yang paling banyak dikenal orang karena dapat dilihat dimana-mana, aktif pada siang hari dan unik dalam memiliki bulu sebagai penutup tubuh. Aves juga mampu diternakkan sehingga dapat meningkatkan peluang usaha bagi masyarakat.
Aves merupakan satu-satunya kelas dalam kelompok chordata yang cukup unik dengan memiliki bulu dan berbagai macam tipe kaki. Bulu adalah modifikasi dari sisik yang berkembang secara evolusioner dari reptilia. Jantung burung terdiri dari empat ruang dan tergolong hewan berdarah panas. Semua burung menggunakan paruh dan tidak memiliki gigi. Struktur modifikasi untuk terbang meliputi tulang lengkung, rangka apendikular depan berubah menjadi sayap, kantung udara, mata yang lebar, dan cerebellum yang berkembang dengan sangat baik.
Kerabatnya terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang disebut Archosauria. Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah.
Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk.
Kesemuanya itu menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai terbang, dan mampu mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi. Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya.
Maka dikenal berbagai jenis burung yang berbeda-beda warna dan bentuknya. Ada yang warnanya cerah cemerlang atau hitam legam, yang hijau daun, coklat gelap atau burik untuk menyamar, dan lain-lain. Ada yang memiliki paruh kuat untuk menyobek daging, mengerkah biji buah yang keras, runcing untuk menombak ikan, pipih untuk menyaring lumpur, lebar untuk menangkap serangga terbang, atau kecil panjang untuk mengisap nektar. Ada yang memiliki cakar tajam untuk mencengkeram mangsa, cakar pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan serasah, cakar berselaput untuk berenang, cakar kuat untuk berlari dan merobek perut musuhnya.

METODE PENELITIAN
Alat dan bahan: Alat Penggaris, Papan Seksi, Buku Identifikasi, Lembar Pengamatan & Alat Tulis.Bahan Spesimen(Burung pipit). Waktu jam 13.00 sampai selesai. Hari: Kamis. tanggal: 24 mei  2018. tempat: laboratorium IAIN jember.
Prosedur pengamatan: Burung pipit (Lonchura punctulata L.) : 1. Siapkan alat dan bahan, 2. Letakkan spesimen di atas papan seksi, 3. Amati spesimen dengan menggunakan mata telanjang dan 4. Catat karakter morfologi dan klasifikasinya.
HASIL
Tabel 1.
AVES
Nama Spesimen: Burung pipit (Lonchura punctulata L. )
Locality: TK Abah (Mangli-Jember)

Klasifikasi:
Kingdom: Animalia
Filum: Cordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Estrildidae
Genus: Lonchura
Spesies: Lonchura punctulata L.

Karakter Morfologi:
Panjang Kepala: 3 cm L=1 cm
Panjang Paruh: 2 cm L=0,5 cm
Panjang Sayap: 9 cm L=4 cm
Panjang Ekor: 4 cm L=1 cm
Warna: Coklat
Tipe Bulu:
Tipe Paruh: Seed cracker


Gambar 1. Burung pipit asli











Gambar 2. Burung pipit yang sudah di cat.



         


           
































































Gambar 3. Bulu ayam

















PEMBAHASAN
Pada pengamatan Burung pipit (Lonchura punctulata L) dapat diketahui warna bulu bondol peking adalah coklat, dengan tubuh bagian atas berwarna coklat, tangkai bulu warna putih dengan tenggorokan berwarna coklat kemerahan, tubuh bagian bawah berwarna putih, bersisik coklat pada dada dan sisi tubuh. Bondol peking yang masih remaja, tubuh bagian bawahnya berwarna kuning tua tanpa sisik. Iris coklat, paruh berwarna abu-abu kebiruan, sedangkan kaki berwarna hitam keabu-abuan (tipe paruh seed creacer). Panjang kepala 3 cm dengan lebar 1 cm, panjang paruh 2cm dengan lebar 0,5 cm, panjang sayap 9 cm lebar 4 cm, panjang ekor 4 cm lebar 1 cm.
Menurut Coates dan Bishop (2000), burung dewasa berwarna coklat kemerahan di leher dan sisi atas tubuhnya, dengan coretan-coretan agak samar berwarna muda. Sisi bawah putih, dengan lukisan serupa sisik berwarna coklat pada dada dan sisi tubuh. Perut bagian bawah sampai pantat berwarna putih. Burung muda dengan dada dan perut kuning tua sampai agak coklat kotor. Iris mata berwarna coklat gelap paruh khas pipit berwarna abuabu kebiruan kaki berwarna hitam keabu-abuan (MacKinnon, 1995).
Bondol peking atau pipit peking (Lonchura punctulata L.) adalah sejenism burung kecil pemakan padi dan biji-bijian. Nama punctulata berarti berbintikbintik, menunjuk kepada warna bulu-bulu di dadanya. Orang Jawa menyebutnya emprit peking, prit peking, orang Sunda menamainya piit peking atau manukpeking, meniru bunyi suaranya (MacKinnon, 1995).
Pada pengamatan bulu ayam terdapat calamus (tangkai bulu), Rachis (bagian tengah bulu), vane (bulu keseluruhan). memiliki ukuran panjang 16,5 cm dan lebar 3 cm. 

SIMPULAN
Kesimpulannya Burung pipit (Lonchura punctulata L) dapat diketahui warna bulu bondol peking adalah coklat, dengan tubuh bagian atas berwarna coklat, tangkai bulu warna putih dengan tenggorokan berwarna coklat kemerahan, tubuh bagian bawah berwarna putih, bersisik coklat pada dada dan sisi tubuh. Bondol peking yang masih remaja, tubuh bagian bawahnya berwarna kuning tua tanpa sisik. Iris coklat, paruh berwarna abu-abu kebiruan, sedangkan kaki berwarna hitam keabu-abuan (tipe paruh seed creacer). Panjang kepala 3 cm dengan lebar 1 cm, panjang paruh 2cm dengan lebar 0,5 cm, panjang sayap 9 cm lebar 4 cm, panjang ekor 4 cm lebar 1 cm.

DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, J. 1989. Jenis Burung yang Umum di Indonesia. Djambatan : Jakarta
Slamet Adeng dan Madang Kodri. 2007. Zoologi Vertebrata. Indralaya
Jasin, M. 1987. Zoologi Vertebrata. Surabaya. Penerbit Sinar Wijaya


Komentar